Selasa, 13 Maret 2018

MISSILE TIME : #1 REBORN


Cerita Fiksi : Bersambung


 



“ Saat ku buka mata, rasa sakit itu hilang.

Hanya pusing sekejap, seperti habis main putar-putar badan.

Aku masih hidup.

Aku bisa melihatnya.. “





Dia Kakakku, Ranin Dalana . Aku sangat menyayanginya. Aku ingin selalu berada disisinya. Aku bahagia dengan melihat wajahnya.

Tunggu, kenapa ia nampak kebingungan..

“Kak.. Apa aku tidur terlalu lama??”

“GGefal, kau.. a-”

“Ini kenapa pakai beginian deh, Aku kan hanya gejala tifus doang kak. Serem deh..” kata Gefal setelah melepaskan masker oksigennya

“Hah ?”

Gefal mulai bangkit dari kasur, ia membuat Ranin jadi semakin bingung.

“Tunggu..” Ranin tidak bisa menghentikan Gefal yang tiba-tiba mencabut jarum infus di tangannya “GGefal.. bukan begitu,, Ge. Tunggu, Aku panggil dokter dulu.” Kata Ranin dengan paniknya kemudian segera pergi dari ruangan tersebut,  menyisakan Gefal yang terherankan dengan sifat kakaknya yang mendadak panik.



*



                “Kau ini harusnya cuci piring makanmu sendiri, aku tidak akan lagi mencucikannya, dan aku tidak akan lagi memasak untukmu. Kau hiduplah mandiri..” Oceh Ranin sambil mengerjakaan ini itu di dapurnya.

            “Kau juga harus mengurangi porsi makanmu, harga beras semakin naik”

“Ishh, kenapa kakak begitu dingin sih padaku ? Nyebelin..” Protes Gefal dengan memeluk bantal sofa. Tingkahnya saat ini mirip dengan anak kecil yang marah karena dilarang bermain.

Dengan santainya Ranin meneguk sirup jeruk yang sebelumnya masih ia aduk-aduk “Idih, kau ini manja sekali sih. Menjijikan..” balas Ranin lama.

“Ishh, kau lagi kau lagi !!? “ Gefal melampaskan rasa kesal pada kakaknya itu pada bantal yang ia pukul-pukul ke sofa. “Gimana bisa sih kakak sebegitu nyamannya menyebut ade ‘kau’, sudah ade bilang itu sangat kaku, dan bagaimana bisa kakak sebut ade ini menjijikan, padahal.. ade sudah susah payah bertahan hidup.” Lanjut Gefal dengan manjanya.

“Ishh, berhenti membicarakan hal itu dan menyerah saja..  aku terlalu geli menyebut kau ‘ade’” Kata Ranin sambil memasang ekspresi meledek.

Melihat ekspresi Ranin, bukannya jengkel, Gefal malah gemas. Ia sangat senang membuat Ranin mengoceh seperti itu padanya. Sangat sesuai dengan rencananya, walau tidak jarang malah Gefal yang kesal dengan perbuatan Ranin.

“Dan.. berhenti memainkan handphone kuu.” Kata Ranin yang kembali menghampiri Gefal hanya untuk mengambil ponselnya di tangan Gefal.

“Huuuu, apa kakak punya pacar ? makanya gak suka bila ade pinjam handphonenya, iya kan. Ade tau itu..” sahut Gefal namun diacuhkan oleh Ranin yang langsung pergi ketika sudah mendapatkan ponselnya.


**




                Hari yang sebenarnya tidak terlalu Gefal inginkan akhirnya tiba juga. Kecelakaan yang menimpanya membuat Gefal kehilangan ingatannya. Selama satu bulan lebih Gefal berhasil melewati berbagai rintangan dihidupnya. Di hidup yang baru ia kenal, yang memaksanya harus begini begitu. Setelah melewati beberapa terapi; yang menakutkan itu, Gefal mengerti seharusnya ia mempunyai setidaknya seorang teman yang datang.

Kini Gefal sudah siap dengan seragam batiknya, didepan cermin ia terus mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan hidup dan lagi-lagi mempersiapkan hal yang ia prediksi akan terjadi.

“Hello”  ucapnya dengan nada jutek dan kasar.

Hei, kalian kemana aja !!

Hei, apa kalian benar-benar temanku ?”

“Tak perlu sok akrab!”

“ekhmm.. khmm Ia berpikir untuk mengakhiri kegiatannya itu, rasanya agak aneh saat ia mencoba memarahi seseorang namun yang dilihat adalah wajahnya sendiri.

Ahh sial, kenapa aku segugup ini sih

Gefal kembali merebahkan tubuhnya, berharap beban di pikirannya berkurang. Ini adalah awal. Ia tidak ingin melupakan semuanya. Walau tidak ada jaminan ia bahagia, dirinya juga takut meninggalkan perasaan yang berharga .

Aku, Gefal Rajata”

Ya.. Gefal yang baru

-Krrttt-

“Lho, kau ini kenapa malah tiduran sih!??

Ranin Dalana, kakak cantik Gefal kini bersandar diambang pintu dengan kedua tangan dipinggang. Bagaimana bisa ia membuka pintu kamar laki-laki beranjak dewasa tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

“Masih banyak waktu ko kak.

“Gerogi ya mau sekolah..” Ranin menghampiri Gefal, ia memasukan buku-buku yang berserakan ke dalam ransel Gefal yang ada di atas kasur. Seperti ibu yang memasukan buku anak tk nya.

“Ayolah Ge.. mereka bakalan ngerti. Lagi pula ini kan baru masuk setelah libur kenaikan kelas gitukan, anggap aja kau murid baru. Cuma absen sebulan kan, gak masalah lah. Pasti teman-temanmu  sudah tunggu kau masuk juga kan.

“Eshh bawel sekali sih..” Gefal bangkit dan memakai ranselnya. Gimana bisa absen sebulan dibilang cuma. Setelah sedikit bercermin Gefal mendapat sedikit keyakinannya untuk berangkat kesekolah.

Beneran gak mau diantar !!??” Tanya Ranin ” HEII !!!Ranin memastikan namun Gefal langsung nyelonong tidak menjawab pertanyaan sang kakak.


***



Seiring berjalannya waktu, kini jalanan tidak luput dari kemacetan. Walau terasa asing, Gefal berhasil menempuh perjalanan ke sekolah.  Petunjuk transportasi dari Ranin sangat membantu Gefal.

Ketika berada tepat di depan gerbang sekeolah Gefal tidak yakin dirinya benar-benar murid sekolah tersebut.

“SMA.. DEWI..SARTIKA..” Eja Gefal membaca nama sekolah didepannya. 5 menit sudah Gefal diam diri terpaku menatap plang sekolahnya. Pasalnya bet atau tanda yang ada di bajunya berbeda dengan sekolah yang ada dihadapannya. Di seragam batik yang ia kenakan bertuliskan ‘DWI SARTIKA’ sedangkan di plang itu lain. Gefal sudah memastikan jika ia pergi ke alamat yang benar yang di beri oleh Ranin.

Gefal belum juga masuk kedalam sekolah, ia semakin ragu kebenaran statusnya apakah benar murid sekolah tersebut atau bukan karena keadaan sekolah benar-benar sepi. Ia tidak bisa melihat seseorang berseragam sama seperti dirinya.

“Eshh, tapi hanya ini sekolahan di sekitar sini, Dewi Sartika sih lebih baik. Tapi mungkin saja jika ada Dwi Sartika.”
 
“Oke, mari kita coba”

Gefal mulai melangkah mendekati gerbang. Ia mencoba membuka gerbang tersebut namun ternyata terkunci, agak sulit namun untungnya tidak di gembok.

“Esh.. susah jugaa”

Suara gemuruh kaki sayup-sayup terdengar, Gefal celangak-celinguk mencarinya. Ketika Gefal masih mencoba membuka kunci gerbang,  suara gemuruh itu kian keras dan jelas.. beberapa orang berlarian kearah Gefal. Senyuman lebar terpancar dari bibirnya, Gefal senang melihat seragam miliknya sama dengan mereka. Semuanya laki-laki.

Pasti mereka..

Mereka rindu dan menyambut kedatanganku..

Begitu bahagianya Gefal melihat teman-teman yang selama ia nantikan akhirnya hadir dihadapannya.  Sampai Gefal melupakan seribu satu macam omelan yang sudah ia siapkan untuk teman-temannya yang tidak menjenguk Gefal sama sekali.

Ahh, aku lupa harus bicara apa

Gefal tidak perduli lagi bagaimana rasa sepi saat ia menjalani hari-hari selama satu bulan sebelumnya. Rasa kesepian itu, rasa kesal dan berbagai prasangka buruk yang ia duga pada teman-temannya yang sama sekali tidak hadir saat Gefal membutuhkan akan ia lupakan. Orang-orang itu sangat bersemangat sekali berlari. Rasa kesepiannya akan hilang begitu ia kembali bersama teman-teman.

Kini Gefal berhasil membuka gerbang yang terkunci, kemudian ia kunci kembali saat dirinya sudah masuk.

“ TUNGGUU !!!”

Salah satu dari mereka berteriak untuk Gefal.

Baiklah, Gefal mengerti dirinya harus menunggu teman-temannya yang sudah lari-larian menghampirinya.

Hampir sampai..

Gefal sangat bahagia, bibirnya tak henti-hentinya tersenyum bagai anak kecil yang senang diberi permen. Tanpa ia sadari kedua tangannya meregang siap menyambut pelukan.

 “WOIII !!!”

“HEI KALIANN !!?!”

“Aarghhhh”

Lho.. Tunggu.

Mereka pergi.

Kenapa mereka melewatiku

Gefal bingung mengapa setelah orang-orang itu berada di hadapannya, mereka malah kembali berlari. Tiga orang itu malah pergi ke arah lain.

“HEI KALIAN JANGAN LARIII !!!?!”

Tak lama seorang berpakaian satpam berlari, datangnya persis seperti tiga orang sebelumnya.

“WOI !?!”

Gefal mengikuti ketiga orang tersebut saat mereka mengisyaratkan Gefal untuk ikut bersamanya.

Ya. Mereka mengajakku, berarti mereka temanku..

Gefal ikut berlari kesana kemari, entah kemana mereka membawanya pergi. Sampai ia melupakan penyambutan penuh kasih sayang yang ia bayangkan sebelumnya. Yang mereka lakukan hanya menyuruhnya berlari dan bersembunyi.

Satpam itu...Mereka ..

**

Dugaan Gefal benar, ketiga teman yang mengajaknya berlari itu sedang dikejar satpam dan kini tertangkap. Gefal menyesal menduga jika teman-temannya itu dapat masalah karena menunggu dirinya datang.

“Kalian itu benar-benar keterlaluan, bagaimana bisa kalian keliru menggunakan seragam. Jelas-jelas hari ini hari senin, kalian upacara dan wajib menggunakan seragam putih abu-abu. Bapak beri tahu lagi ya, batik itu dipakai pada hari rabu !? ingat ya ra-bu !!?!”

“Sudah salah pun kalian malah kabur, bersembunyi dan tidak ikut upacara. Seperti kriminal buronan !!?”

Anton selaku guru piket hari ini, bertugas untuk mengamankan siswa bandel yang membolos upacara atau terlambat masuk. Ia memberikan banyak ceramah dan teguran pada siswanya itu.

“Kalian itu memang tidak pernah kapok ya, selalu saja buat masalah. Hal sepele seperti seragam pun kalian bantah..”

Bersama tiga orang siswa yang sudah membuatnya berlari-larian dan besembunyi di tempat yang aneh-aneh, Gefal dihukum untuk hormat pada bendera merah putih selama 30 menit. Menggantikan ketidak hadirannya saat upacara bendera sebelumnya.

“Gara-gara Ado tuhh pak, matanya sipit salah liat hari”

“Yeh siapa suru lu tanya gua! botak !?!”

“Lagian lu sok tau banget, ngasih tau yang gak benerr”

“Lu juga bego pake tanya sama guaa”

“Yeh salah lu lah”

“WOI BOTAK! SIPIT! diem ngapa lu bedua !!, berisik! panas ini woi ngomong aja lu”  

Kini pukul 09.00 tidak lagi ­adem ayem seperti dahulu, panasnya cukup membuat keringat bercucuran, bikin haus, terlebih habis lari-larian. Dijemur saat kondisinya baru pulih seperti ini membuat Gefal pusing. Hasdi si botak menyalahkan Ado si sipit yang memberikan informasi perihal pemakaian seragam batik.

“Danel !! Kamu bilang saya berisik !!? kamu pusing denger omongan saya ?!! gak sopan ya kamu Danel” Pak Anton tersinggung dengan perkataan Danel yang sebenarnya untuk Ado dan Hadi.

“Bukan begitu pak. Maksud saya itu bukan bapak, tapi Ado sama Hadi pak yang berisik” Jelas Danel

“Terus kenapa kamu yang marah?!!”

“Iya pak mm-“

“Harusnya kan saya yang marah !? Pokoknya hukuman kalian saya tambah, kalian harus membantu pak Lujo bersihin halaman belakang sekolah !?!!..” Perintah Anton tanpa bisa diganggu gugat.

Setelah Anton pergi, mereka yang sedang dihukum langsung menurunkan tangannya yang sudah terasa sangat pegal karena hormat begitu lama. Walau masih ada hukuman yang masih harus dijalani, mereka tidak segera melaksanakannya  Danel, Ado, Hasdi begitu pula dengan Gefal memilih mencari tempat teduh sembari meregangkan otot-otot yang terasa kaku.

 “Lagi.. huuhh..“ Kicau Ado yang merebahkan tubuhnya begitu saja dilantai teras sekolah. Hukuman seperti ini bukanlah hal baru, seperti sudah menjadi kebiasaan. Namun kali ini ia merasa lebih lelah.

“Lagi. Lagi.!  Gara-gara elu ini Do!!” sahut  Hasdi yang duduk meluruskan kakinya melakukan gerakan mencium lutut.

“Hehe, abis gua salah bawa baju pas nginep dirumah elu Has. Lah si Danel mah iya iya aja gua suru bawa baju batik. HA HA HA kocak asli gua ga tahan melihat kegoblokan elu pada..”

“EH anjir, salah malah nyari temen ya lu. “ Kesal Hasdi sambil melempar satu sepatunya pada Ado.

“Wadaw!?! Hahaha”

Tidak puas dengan melempar sepatu, Hasdi menghampiri Ado yang sudah bangkit dari posisi rebahnya dan menghimpit kepala Ado diketiaknya dengan tangan “Nel.. yang kayak begini nih Nel, temen kaya begini nih.. Haduhh, bikin malu” kata Hasdi meminta respon dari Danel.

Ado meringis, Danel dan Gefal hanya bisa tertawa melihat aksi kocak Ado dan Hasdi.  “Botakin aja Has, biarlu ada temennn” respon Danel sungguh mengecewakan Hasdi.

Kecuali Ado, mereka semua tertawa kerena Hasdi terus mengerjai Ado “Bau woi botak! Kampret!” Ado memberontak tidak sanggup berada diketiak Hasdi.

“Udah woi haha, ha. Tunggu dulu dah..”  Danel menginterupsi sambil berpikir.

“Lo siapa ?”

Gefal sangat menyadari pertanyaan Danel itu diberikan kepadanya. Sudah sejak tadi Gefal ingin dilibatkan dalam  percakapan, tapi diberi pertanyaan seperti  itu membuat Gefal bingung. Apa mereka tidak kenal padanya, mereka sudah lari bersama, sudah dihukum bersama, dan mereka sudah juga tertawa bersama. Apa mereka tidak berteman..

Gefal tersenyum “Gue Gefal. Gefal Rajata.”








#next soon

0 komentar:

Posting Komentar