Cerita Fiksi : Bersambung
“ Saat ku buka mata, rasa sakit itu hilang.
Hanya pusing sekejap, seperti habis main
putar-putar badan.
Aku masih hidup.
Aku bisa melihatnya.. “
Dia Kakakku, Ranin Dalana . Aku sangat menyayanginya. Aku ingin selalu
berada disisinya. Aku bahagia dengan melihat wajahnya.
Tunggu, kenapa ia nampak kebingungan..
“Kak.. Apa aku tidur terlalu
lama??”
“GGefal, kau.. a-”
“Ini kenapa pakai beginian
deh, Aku kan hanya gejala tifus doang kak. Serem deh..” kata Gefal setelah
melepaskan masker oksigennya
“Hah ?”
Gefal mulai bangkit dari kasur, ia membuat Ranin jadi
semakin bingung.
“Tunggu..” Ranin tidak bisa
menghentikan Gefal yang tiba-tiba mencabut jarum infus di tangannya “GGefal..
bukan begitu,, Ge. Tunggu, Aku panggil dokter dulu.” Kata Ranin dengan paniknya
kemudian segera pergi dari ruangan tersebut,
menyisakan Gefal yang terherankan dengan sifat kakaknya yang mendadak
panik.
*
“Kau
ini harusnya cuci piring makanmu sendiri, aku tidak akan lagi mencucikannya,
dan aku tidak akan lagi memasak untukmu. Kau hiduplah mandiri..” Oceh Ranin
sambil mengerjakaan ini itu di dapurnya.
“Kau
juga harus mengurangi porsi makanmu, harga beras semakin naik”
“Ishh, kenapa kakak begitu
dingin sih padaku ? Nyebelin..”
Protes Gefal dengan memeluk bantal sofa. Tingkahnya saat ini mirip dengan anak
kecil yang marah karena dilarang bermain.
Dengan santainya Ranin meneguk sirup jeruk yang
sebelumnya masih ia aduk-aduk “Idih, kau ini manja sekali sih. Menjijikan..”
balas Ranin lama.
“Ishh, kau lagi kau lagi !!? “
Gefal melampaskan rasa kesal pada kakaknya itu pada bantal yang ia pukul-pukul
ke sofa. “Gimana bisa sih kakak sebegitu nyamannya menyebut ade ‘kau’, sudah ade
bilang itu sangat kaku, dan bagaimana bisa kakak sebut ade ini menjijikan,
padahal.. ade sudah susah payah bertahan hidup.” Lanjut Gefal dengan manjanya.
“Ishh, berhenti membicarakan
hal itu dan menyerah saja.. aku terlalu
geli menyebut kau ‘ade’” Kata Ranin sambil memasang ekspresi meledek.
Melihat ekspresi Ranin, bukannya jengkel, Gefal malah
gemas. Ia sangat senang membuat Ranin mengoceh seperti itu padanya. Sangat
sesuai dengan rencananya, walau tidak jarang malah Gefal yang kesal dengan
perbuatan Ranin.
“Dan.. berhenti memainkan
handphone kuu.” Kata Ranin yang kembali menghampiri Gefal hanya untuk mengambil
ponselnya di tangan Gefal.
“Huuuu, apa kakak punya pacar
? makanya gak suka bila ade pinjam handphonenya, iya kan. Ade tau itu..” sahut
Gefal namun diacuhkan oleh Ranin yang langsung pergi ketika sudah mendapatkan
ponselnya.
**
Hari
yang sebenarnya tidak terlalu Gefal inginkan akhirnya tiba juga. Kecelakaan
yang menimpanya membuat Gefal kehilangan ingatannya. Selama satu bulan lebih Gefal
berhasil melewati berbagai rintangan dihidupnya. Di hidup yang baru ia kenal,
yang memaksanya harus begini begitu. Setelah melewati beberapa terapi; yang
menakutkan itu, Gefal mengerti seharusnya ia mempunyai setidaknya seorang teman
yang datang.
Kini Gefal sudah siap dengan seragam batiknya, didepan
cermin ia terus mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan hidup dan lagi-lagi
mempersiapkan hal yang ia prediksi akan terjadi.
“Hello” ucapnya dengan nada jutek dan kasar.
“Hei, kalian kemana aja !!”
“Hei, apa kalian benar-benar temanku ?”
“Tak perlu sok akrab!”
“ekhmm.. khmm”
Ia berpikir untuk mengakhiri kegiatannya itu, rasanya agak aneh saat ia mencoba
memarahi seseorang namun yang dilihat adalah wajahnya sendiri.
Ahh sial, kenapa aku
segugup ini sih
Gefal kembali merebahkan tubuhnya, berharap beban di
pikirannya berkurang.
Ini adalah awal. Ia tidak ingin melupakan semuanya.
Walau tidak ada jaminan ia bahagia, dirinya juga takut meninggalkan perasaan yang berharga .
“Aku, Gefal Rajata”
Ya.. Gefal yang baru
-Krrttt-
“Lho, kau ini kenapa malah
tiduran sih!??”
Ranin
Dalana, kakak cantik
Gefal kini bersandar diambang pintu dengan kedua tangan dipinggang. Bagaimana bisa ia membuka pintu
kamar laki-laki beranjak dewasa tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
“Masih banyak waktu ko kak.”
“Gerogi ya mau sekolah..” Ranin menghampiri Gefal, ia memasukan
buku-buku yang berserakan
ke dalam ransel Gefal yang ada di atas kasur. Seperti ibu yang memasukan
buku anak tk nya.
“Ayolah Ge.. mereka bakalan ngerti. Lagi pula
ini kan baru masuk setelah libur kenaikan kelas gitukan, anggap aja kau murid baru. Cuma absen sebulan kan, gak masalah
lah. Pasti teman-temanmu sudah
tunggu kau masuk juga kan.”
“Eshh bawel sekali sih..” Gefal bangkit dan memakai ranselnya. Gimana bisa absen sebulan dibilang cuma. Setelah sedikit bercermin Gefal
mendapat sedikit keyakinannya untuk berangkat kesekolah.
“Beneran gak mau diantar !!??” Tanya
Ranin ” HEII !!!” Ranin
memastikan namun Gefal langsung nyelonong tidak menjawab pertanyaan sang kakak.
***
Seiring berjalannya waktu, kini jalanan tidak luput dari
kemacetan. Walau terasa asing, Gefal berhasil menempuh perjalanan ke
sekolah. Petunjuk transportasi dari
Ranin sangat membantu Gefal.
Ketika berada tepat di depan gerbang sekeolah Gefal tidak
yakin dirinya benar-benar murid sekolah tersebut.
“SMA.. DEWI..SARTIKA..” Eja
Gefal membaca nama sekolah didepannya. 5 menit sudah Gefal diam diri terpaku
menatap plang sekolahnya. Pasalnya bet atau tanda yang ada di bajunya berbeda dengan
sekolah yang ada dihadapannya. Di seragam batik yang ia kenakan bertuliskan
‘DWI SARTIKA’ sedangkan di plang itu lain. Gefal sudah memastikan jika ia pergi
ke alamat yang benar yang di beri oleh Ranin.
Gefal belum juga masuk kedalam sekolah, ia semakin ragu
kebenaran statusnya apakah benar murid sekolah tersebut atau bukan karena
keadaan sekolah benar-benar sepi. Ia tidak bisa melihat seseorang berseragam
sama seperti dirinya.
“Eshh, tapi hanya ini
sekolahan di sekitar sini, Dewi Sartika sih lebih baik. Tapi mungkin saja jika
ada Dwi Sartika.”
“Oke, mari kita coba”
Gefal mulai melangkah mendekati gerbang. Ia mencoba
membuka gerbang tersebut namun ternyata terkunci, agak sulit namun untungnya
tidak di gembok.
“Esh.. susah jugaa”
Suara gemuruh kaki sayup-sayup terdengar, Gefal
celangak-celinguk mencarinya. Ketika Gefal masih mencoba membuka kunci gerbang,
suara gemuruh itu kian keras dan jelas..
beberapa orang berlarian kearah Gefal. Senyuman lebar terpancar dari bibirnya, Gefal
senang melihat seragam miliknya sama dengan mereka. Semuanya laki-laki.
Pasti mereka..
Mereka rindu dan menyambut kedatanganku..
Begitu bahagianya Gefal melihat teman-teman yang selama
ia nantikan akhirnya hadir dihadapannya. Sampai Gefal melupakan seribu satu macam
omelan yang sudah ia siapkan untuk teman-temannya yang tidak menjenguk Gefal
sama sekali.
Ahh, aku lupa harus bicara apa
Gefal tidak perduli lagi bagaimana rasa sepi saat ia
menjalani hari-hari selama satu bulan sebelumnya. Rasa kesepian itu, rasa kesal
dan berbagai prasangka buruk yang ia duga pada teman-temannya yang sama sekali
tidak hadir saat Gefal membutuhkan akan ia lupakan. Orang-orang itu sangat
bersemangat sekali berlari. Rasa kesepiannya akan hilang begitu ia kembali
bersama teman-teman.
Kini Gefal berhasil membuka gerbang yang terkunci,
kemudian ia kunci kembali saat dirinya sudah masuk.
“ TUNGGUU !!!”
Salah satu dari mereka berteriak untuk Gefal.
Baiklah, Gefal mengerti dirinya harus menunggu teman-temannya
yang sudah lari-larian menghampirinya.
Hampir sampai..
Gefal sangat bahagia, bibirnya tak henti-hentinya
tersenyum bagai anak kecil yang senang diberi permen. Tanpa ia sadari kedua
tangannya meregang siap menyambut pelukan.
“WOIII !!!”
“HEI KALIANN !!?!”
“Aarghhhh”
Lho.. Tunggu.
Mereka pergi.
Kenapa mereka melewatiku
Gefal bingung mengapa setelah orang-orang itu berada di
hadapannya, mereka malah kembali berlari. Tiga orang itu malah pergi ke arah
lain.
“HEI KALIAN JANGAN LARIII !!!?!”
Tak lama seorang berpakaian satpam berlari, datangnya
persis seperti tiga orang sebelumnya.
“WOI !?!”
Gefal mengikuti ketiga orang tersebut saat mereka
mengisyaratkan Gefal untuk ikut bersamanya.
Ya. Mereka mengajakku, berarti mereka temanku..
Gefal ikut berlari kesana kemari, entah kemana mereka membawanya
pergi. Sampai ia melupakan penyambutan penuh kasih sayang yang ia bayangkan
sebelumnya. Yang mereka lakukan hanya menyuruhnya berlari dan bersembunyi.
Satpam itu...Mereka ..
**
Dugaan Gefal benar, ketiga teman yang mengajaknya berlari
itu sedang dikejar satpam dan kini tertangkap. Gefal menyesal menduga jika
teman-temannya itu dapat masalah karena menunggu dirinya datang.
“Kalian itu benar-benar
keterlaluan, bagaimana bisa kalian keliru menggunakan seragam. Jelas-jelas hari
ini hari senin, kalian upacara dan wajib menggunakan seragam putih abu-abu.
Bapak beri tahu lagi ya, batik itu dipakai pada hari rabu !? ingat ya ra-bu
!!?!”
“Sudah salah pun kalian malah
kabur, bersembunyi dan tidak ikut upacara. Seperti kriminal buronan !!?”
Anton selaku guru piket hari ini, bertugas untuk
mengamankan siswa bandel yang membolos upacara atau terlambat masuk. Ia
memberikan banyak ceramah dan teguran pada siswanya itu.
“Kalian itu memang tidak
pernah kapok ya, selalu saja buat masalah. Hal sepele seperti seragam pun
kalian bantah..”
Bersama tiga orang siswa yang sudah membuatnya
berlari-larian dan besembunyi di tempat yang aneh-aneh, Gefal dihukum untuk
hormat pada bendera merah putih selama 30 menit. Menggantikan ketidak
hadirannya saat upacara bendera sebelumnya.
“Gara-gara Ado tuhh pak,
matanya sipit salah liat hari”
“Yeh siapa suru lu tanya gua!
botak !?!”
“Lagian lu sok tau banget,
ngasih tau yang gak benerr”
“Lu juga bego pake tanya sama guaa”
“Yeh salah lu lah”
“WOI BOTAK! SIPIT! diem ngapa
lu bedua !!, berisik! panas ini woi ngomong aja lu”
Kini pukul 09.00 tidak lagi adem ayem seperti dahulu,
panasnya cukup membuat keringat bercucuran, bikin haus, terlebih habis
lari-larian. Dijemur saat kondisinya baru pulih seperti ini membuat Gefal
pusing. Hasdi si botak menyalahkan Ado si sipit yang memberikan informasi
perihal pemakaian seragam batik.
“Danel !! Kamu bilang saya
berisik !!? kamu pusing denger omongan saya ?!! gak sopan ya kamu Danel” Pak
Anton tersinggung dengan perkataan Danel yang sebenarnya untuk Ado dan Hadi.
“Bukan begitu pak. Maksud saya
itu bukan bapak, tapi Ado sama Hadi pak yang berisik” Jelas Danel
“Terus kenapa kamu yang
marah?!!”
“Iya pak mm-“
“Harusnya kan saya yang marah
!? Pokoknya hukuman kalian saya tambah, kalian harus membantu pak Lujo bersihin
halaman belakang sekolah !?!!..” Perintah Anton tanpa bisa diganggu gugat.
Setelah Anton pergi, mereka yang sedang dihukum langsung
menurunkan tangannya yang sudah terasa sangat pegal karena hormat begitu lama.
Walau masih ada hukuman yang masih harus dijalani, mereka tidak segera
melaksanakannya Danel, Ado, Hasdi begitu
pula dengan Gefal memilih mencari tempat teduh sembari meregangkan otot-otot
yang terasa kaku.
“Lagi.. huuhh..“ Kicau Ado yang merebahkan
tubuhnya begitu saja dilantai teras sekolah. Hukuman seperti ini bukanlah hal
baru, seperti sudah menjadi kebiasaan. Namun kali ini ia merasa lebih lelah.
“Lagi. Lagi.! Gara-gara elu ini Do!!” sahut Hasdi yang duduk meluruskan kakinya melakukan
gerakan mencium lutut.
“Hehe, abis gua salah bawa
baju pas nginep dirumah elu Has. Lah si Danel mah iya iya aja gua suru bawa
baju batik. HA HA HA kocak asli gua ga tahan melihat kegoblokan elu pada..”
“EH anjir, salah malah nyari
temen ya lu. “ Kesal Hasdi sambil melempar satu sepatunya pada Ado.
“Wadaw!?! Hahaha”
Tidak puas dengan melempar sepatu, Hasdi menghampiri Ado
yang sudah bangkit dari posisi rebahnya dan menghimpit kepala Ado diketiaknya
dengan tangan “Nel.. yang kayak begini nih Nel, temen kaya begini nih.. Haduhh,
bikin malu” kata Hasdi meminta respon dari Danel.
Ado meringis, Danel dan Gefal hanya bisa tertawa melihat
aksi kocak Ado dan Hasdi. “Botakin aja
Has, biarlu ada temennn” respon Danel sungguh mengecewakan Hasdi.
Kecuali Ado, mereka semua tertawa kerena Hasdi terus
mengerjai Ado “Bau woi botak! Kampret!” Ado memberontak tidak sanggup berada
diketiak Hasdi.
“Udah woi haha, ha. Tunggu
dulu dah..” Danel menginterupsi sambil
berpikir.
“Lo siapa ?”
Gefal sangat menyadari pertanyaan Danel itu diberikan
kepadanya. Sudah sejak tadi Gefal ingin dilibatkan dalam percakapan, tapi diberi pertanyaan seperti itu membuat Gefal bingung. Apa mereka tidak
kenal padanya, mereka sudah lari bersama, sudah dihukum bersama, dan mereka
sudah juga tertawa bersama. Apa mereka tidak berteman..
Gefal tersenyum “Gue Gefal. Gefal Rajata.”
#next soon
0 komentar:
Posting Komentar