Selasa, 17 April 2018

MISSILE TIME : #3 DIKENALI

.
.
.
Hari ini tepat satu minggu Gefal menjalani kehidupannya sebagai Gefal si murid SMA. Terlepas dari kejenuhannya yang selalu menunggu Ranin, kini ia sangat senang bahwa ternyata ia memiliki kehidupan yang normal. Setidaknya pergi ke sekolah membuat durasi menunggu Ranin lebih sedikit untuk Gefal.
Gefal sangat menikmati waktunya, ia merasa lebih akrab dengan dirinya sendiri. Ia beradaptasi dengan baik, walau pun ia masih takut salah langkah. Takut akan yang ia lakukan malah bertolak belakang dengan dirinya yang dahulu.
Selama lima hari sekolah, Gefal selalu datang terlambat. Ia juga selalu bosan dengan guru yang sedang menerangkan pelajaran, Danel berkata jika hal itu normal. Apalagi saat guru yang tiba-tiba memberi tugas padahal Gefal baru saja masuk kelas karena terlambat. Menjengkelkan !!
.
Seperti hari ini...
Mengerjakan tugas Fisika yang bentuknya isian di alam terbuka mempunyai sensasi yang berbeda. Walau soal itu sulit, dan membuat dirimu frustasi, setidaknya kamu tidak akan kehabisan oksigen jikalau kamu tiba-tiba sesak nafas. Angin semilir membuat otakmu yang sedang berpikir menjadi lebih adem, awas! Jangan sampai kepanasan, takut nanti otakmu malah meledak. Minimal kamu berada di bawah pohon, seperti yang dilakukan Gefal dan Danel sekarang ini. Dua orang terbuang ini terpaksa membuat kelompok sendiri. Alhasil mereka yang harus benar-benar mengerjakan tugas fisika itu.
Pak Mar tidak melarang muridnya untuk keluar kelas. Ia hanya berpesan untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan, kemudian guru fisika itu meninggalkan kelas karena berdasarkan berita yang tersebar guru-guru memang sedang ada rapat dadakan.
"Haduh.., pertanyaannya banyak sih ah! lima soal, tapi anaknya banyak! Ahh pusing.." kata Danel sambil melempar lembar kertas pada Gefal, Danel sudah pasrah saat melihat jumlah soal dan pertanyaan di lembar tugasnya. 
"Hanya karena telat, gak ada yang mau berkelompok dengan kita. Yang lain satu kelompok berlima. Kita hanya berdua!!?!  kejam sekali hidup ini." Keluh Gefal yang mengikuti pose Danel yang sedang selonjoran menyandar pada pohon.
"Emang!! Pada sensi banget sama kita. Tinggal selipin nama kita aja ribet bgt. Dikira kita ga bermanfaat apa ya" Balas Danel
Orang-orang yang berada dikelasnya itu memang begituberkelompokrasis dan tidak punya empati.  Semuanya sangat pandai, mereka bersosialisasi menurut peringkat. Peringkat yang dibuat sendiri berdasarkan nilai tugas dan semacamnya. Baru satu minggu berada dikelas sebelas IPA satu, Gefal sudah bisa merasakan ketatnya persaingan. Peringkat lebih atas tidak akan perduli pada banyak hal, mereka hanya perduli pada orang disampingnya karena takut dilampaui, dan untuk peringkat terakhir.. orang itu memang sangat dikenali siapa saja, namun ia akan diasingkan. Itulah alasan mengapa saat Gefal kembali bersekolah pun tidak ada yang perduli bahkan seolah tidak dikenali. Tak apa, Gefal hanya butuh sahabat-sahabatnya.
Gefal belum punya peringkat karena dirinya baru saja mulai bersekolah, dari yang bisa Gefal amati ia menduga jika Danel adalah peringkat terakhir. Namun Danel tidak juga mengakui kebenaran itu.
"Parah!!" Tambah  Danel yang kemudian terus mengeluh
"Kita harus mikir berdua gitu ??!"
"Tadi Pak Mar ngejelasin apa lagian"
"Ini pelajaran tentang apa sih"
Gefal hanya semakin frustasi, mengingat beberapa saat lalu saat dirinya menggelar aksi protes pada teman satu kelasnya untuk dimasukan ke kelompok yang ada, Danel dangan yakin menyemangati Gefal untuk mengerjakan tugas mandiri bersamanya.
"Tenang Ge, baca dulu soalnya.. terus kerjain." Kata Danel saat itu,
"Ahh, nih nomor satu a nih. Katanya Sebuah benda terjatuh dari gedung dengan ketinggian 20 meter. Hitunglah lamanya waktu benda jatuh ke tanah,.."
"A-apa fisika belajar hal seperti itu ?" Tanya Gefal yang baru hari ini bertemu kembali dengan pelajaran fisika yang tidak ada diingatannya.
"Kita ke rooftop gedung IPS aja, kayaknya 20 meter ada lah tuh gedung. Lu tunggu di bawah ntar gue jatohin apaan kek gitu tar lu waktuin- ahh mudah ituuuuu!!" Kata Danel yang sangat optimis seolah ia akan membuktikan pada orang-orang kelas jika ia akan mendapatkan nilai sempurna dan peringkatnya akan meroket.
"Ahh.. iya iya oke" dan itulah alasan Danel lelah, ia sudah dua kali naik turun gedung empat lantai hanya untuk mengisi satu soal. Tetapi tetap saja kini Danel banyak mengeluh dan menyerah membuat Gefal geram.
"Kita gausah ngumpulin aja lah.." Kini Danel merebahkan dirinya begitu saja pada rerumputan di bawah pohon mangga yang menjulang itu.
"Esh, ayo lah Danel.. Ini akan jadi nilai pertamaku. Baca soalnya, lalu kerjakan.. kita sudah punya dua soal yang dijawab." Bujuk Gefal yang dihiraukan begitu saja oleh Danel
.

Ish
.
.
"Hello pemuda indonesia, sedang apakah kalian dibawah pohon rindang penuh sejarah ini" sambut Ado yang datang dengan ceria bersama Hasdi yang mengusap-usap kepala botak yang mulai berambut itu.
Mereka berdua langsung mengambil posisi nyamannya “Tidur teroooosss!!” seru Hasdi yang terang-terangan menyindir Danel yang sedang memejamkan matanya itu.
Merasa terusik Danel mengganti posisinya menjadi miring menghadap pohon.
Ado mengguncang-guncangkan tubuh Danel dengan tangannya “Nel.. Nel bangun woi.. eh bangun katanya mau tidur” Ledek Ado , namun Danel tetap tidak perduli.
“Hei kudanel, bangun!”
Suara yang terdengar memaksakan itu membuat Danel terusik dan bangun, Danel tahu itu adalah suara Gefal yang dicoba menyerupai Medina, namun tetap saja mendengar kalimat tersebut membuat Danel benar-benar ingin bangun.. untuk kemudian teringat Medina yang belakangan ini bersikap aneh pada dirinya.
“Aduhh, langsung galau” Kata Hasdi lagi-lagi sembari mengusap-usap kepalanya.
“Belum sebulan udah marahan gini duh, jadi kepikiran.. aduhh” sahut Ado yang dibalas tatapan membunuh oleh Danel “ett, parah noh Gefal noh..”
“Ishh, Sorry. Gak tahu apa-apa nih ya” Kata Gefal melakukan pembelaan ditambah dengan finger peace.
“Dasar upin-ipin kampret!, udah ah! Ge ayo, kerjain lagi soal berikutnya.. nih kita udah ada di pohon mangga.” Setelah melempar Hasdi dan Ado dengan rumput yang ia cabut sekenanya Danel memaksakan untuk mengerjakan tugasnya kembali.
Danel dan Gefal kembali berkonsentrasi, menyerap pertanyaan dengan perlahan kemudian membayangkan apa yang harus ia lakukan. Tugas yang memaksa mereka menemukan konsep dari judul pembelajaran saat itu.
“Idiiih, ngerjain tugas aja ampe diem-dieman begitu. “ Kata Ado yang bosan dengan keheningan itu.
“Mereka lagi mikir bolot!” Seru Hasdi
“Elahh, Danel suru mikir mah kasian. Gak akan kuat, biar Gefal sajah” sahut Ado
“Coba sini, pertanyaannya apaan sih.. Frustasi banget ngerjainnya” Hasdi yang memang memiliki kapasitas otak yang lebih akhirnya tidak tega melihat Danel dan Gefal yang begitu frustasi hanya kerena tugas.
“Pelajaran apaan sih..”
Dengan wajah tanpa ekspresi Gefal menyerahkan lembar tugasnya itu pada Hasdi, Gefal sudah muak..  ia bertanya-tanya apakah dirinya dahulu pintar atau tidak. Ia berharap ketidak tahuan nya tentang pelajaran itu hanya kerena ingatannya belum pulih. Ia sangat berharap dirinya bukan peringat terakhir.
“Dih pertanyaannya apaan nih, buah kelapa dan buah mangga jatuh secara bersamaan dari ketinggian h1 dan h2. Bila h1 banding h2 sama dengan 4 banding 1,  hitunglah perbandingan waktu jatuhnya mmmm.. Wadaww!!" Hasdi begitu heboh membaca soal fisika milik Danel dan Gefal tersebut, ya mungkin karena ia adalah murid dari jurusan IPS.
"Bhahahaha soal apaan itu, haduuuh” Ado yang mendengarnyapun tertawa terbahak-bahak. Mereka benar-benar menertawakan soal yang tidak berdosa itu.
“Jadi kalian dibawah pohon begini mau nungguin mangga jatoh terus di itung gitu. Aduh kocak banget sih anak IPA, mangga jatoh aja diribetin” ledek Ado yang mungkin jika ia tulis semua ucapannya ke media sosial akan menjadikan Ado terkenal.
“Ribet banget ya, nih ya kalo mangga apa lagi kelapa jatoh.. ya lu tinggal ambil, terus makan! Rejeki itu mah..” Kata Hasdi yang bicara seperti Ayah yang sedang memberi wejangan pada anaknya.
“Itu kalo cuma satu.. kalo banyak gimana pak Hasdi ?” sahut Ado
“Kalo banyak ? Ya kumpulin terus jual.. dapet duit!” Jawab Hasdi
“Mantap sekali bapak ini!!” Ado dan Hasdi kemudian berjabat tangan seperti telah melakukan perjanjian dagang. Mereka senang sekali mentertawai Danel dan Gefal. Walau Danel sudah membalas perbuatannya itu tetap saja mereka tidak berhenti mengolok-olok. 
.
**
.
Senang sekali rasanya bisa menyelesaikan tugas sampai berlembar-lembar dengan usaha sendiri, ya walaupun tidak benar-benar sendiri; butuh bantuan orang lain. Tapi Gefal bangga, akhirnya ia akan mendapatkan nilai pertamanya. Karena mengerjakan tugas berdua dengan Danel tidaklah sukses apalagi ditambah ada Ado dan Hasdi yang entah kenapa bisa berkeliaran saat itu. Gefal memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan untunglah bertemu dengan Medina yang untungnya juga mau dimintai pertolongan.  Saat itu Danel menyingkirkan Ado dan Hasdi dengan mengajaknya ke kantin.
“Medi juga sangat pintar, aku lebih paham mendengarkan penjelasan dia dibanding Pak Mar.” Lagi-lagi Medina membuat Gefal terpesona dengan kepandaiannya.
“Di perpustakaaan tadi juga rasanya nyaman sekali, seperti tidak asing lagi. Apa aku sering kesana ? lalu aku ini seorang yang pandai?” Gefal jadi berharap lebih, tapi perasaan hangat diruangan yang sebenarnya dingin karena tidak banyak yang menggunjungi memang terasa nyaman untuknya. Apakah jika ia sering mengunjungi perpustakaan, ingatannya akan pulih? ataukan rasa nyaman itu hanya kerena ada Medina yang setidaknya adalah orang yang mengenalnya.
“Entah lah.. Yang penting, Medina pun yakin aku akan mendapat nilai tinggi dengan tugas yang akan ku kumpulkan” ucap Gefal yang yakin bisa menyelamatkan peringkatnya juga peringkat Danel di kelas. Sungguh ia sudah sangat jengkel karena keberadaannya tidak dianggap.
“Ge-Gefal..”
Tiba-tiba seorang perempuan menghampirinya, name tag nya bertuliskan ‘Laila Nia’. Sontak Gefal terkejut ada yang orang lain yang mengajaknya berbicara selain Danel, Ado, Hasdi dan Medina. Apa dia ada dikelas yang sama dengannya, Gefal tidak tahu karena tidak pernah melihat wajahnya. Laila pun terlihat takut atau ragu memanggil Gefal.
Gefal merasa tidak boleh membuat Laila canggung, namun karena ia banyak berpikir malah membuat Laila semakin canggung
“Aku Laila!?, aku.. itu, apa kamu udah mengerjakan tugas tadi ?” Tanya Laila.
“Ahh.. Iya aku tahu, Lalia. Emm-”
“Aku sudah selesai, pertanyaannya lumayan. Tadi aku mengerjakan sampai mempraktekannya,  HAHAHA! ternyata Medi bilang tidak usah sampai begitunya. Ah.. Medi, Medina dia ada dikelas sebelah. Dia membantuku, dia bilang aku akan dapat nilai yang tinggi.” Karena kecerobohannya merasa grogi, Gefal malah bicara tidak penting pada orang yang baru saja mengajaknya berbicara.
“Ahh, maaf Laila. Aku gak jelas hahaha”
“Iiya,, Aku, mau ambil tugasmu, karena sebenarnya kami semua baru saja mengumpulkan tugas itu ke ruangan Pak Mar.” Kata Laila.
“Emm, maksudku sekalian aku mau mengumpulkan tugasku juga.” Tambahnya
“Oh, jadi aku tertinggal. Tapi apa tidak apa-apa ? aku bisa mengumpulkannya bersama Danel nanti”
“Eh jangan!!” seru Laila. Gefal cukup terkejut dengan ekspresi Laila, dan sepertinya Laila juga merasa dirinya berlebihan menanggapi Gefal. Untuk membuat Laila tidak lebih canggung lagi Gefal menyerahkan lembar tugasnya pada Laila.
Mengapa rasanya berat sekali memberi lembar jawaban pada orang lain. Dia tidak akan menyalin jawabanku kan..
“Gefal.. kenapa kamu menjauhi aku ?” tanya Laila. Pertanyaan Laila membuat Gefal semakin terkejut. Sepertinya Laila akan banyak membuat Gefal terkejut.  Seperti biasanya, Gefal akan lama berpikir. Ia takut salah ucap.
Apa Laila dekat dengan ku ?
Pertanyaan apa itu tadi ?
Tapi mengapa ia tidak tahu jika aku amnesia ?
Gefal tidak bisa mengucapkan dirinya amnesia begitu saja pada orang lain. Ia tidak bisa percaya pada sembarangan orang. Bahkan Danel, Ado dan Hasdi pun sama sekali tidak mengungkit masa lalunya dan tentang kecelakaan itu. Mereka juga tidak pernah bercerita tantang Laila.
.
.
.
.
.
#nextsoon

0 komentar:

Posting Komentar