Selasa, 17 April 2018

MISSILE TIME : #2 FIRST QUESTION (PACAR?)

“Lo siapa ?” 

Gefal sangat menyadari pertanyaan Danel itu diberikan kepadanya. Sudah sejak tadi Gefal ingin dilibatkan dalam  percakapan, tapi diberi pertanyaan seperti  itu membuat Gefal bingung. Apa mereka tidak kenal padanya, mereka sudah lari bersama, sudah dihukum bersama, dan mereka sudah juga tertawa bersama. Apa mereka tidak berteman..
Gefal tersenyum “Gue Gefal. Gefal Rajata.”

  *
“Lo duduk sama siapa sebelumnya?”
“Emm, tidak tahu”
“Esh,..” 
“Eh iya. Ge, Lu jangan aneh ya kalau gua selalu sendiri dan gak ada yang akrab sama gua dikelas ini. Karena, Ya emang gak ada yang gua kenal juga, gua ini .. ah gimana ya. Lu tau lah gimana ,kalau bangsawan kan beda ya.” Danel terus mengoceh karena terkejut jika ia sebenarnya satu kelas dengan Gefal namun selama ini Danel tidak menyadari kehadiran Gefal. Ocehan yang ia terus bicarakan dari masih menjalani hukuman, ngaso dikantin sampai kali ini sudah masuk kelas yang sebenarnya sama sekali tidak Gefal mengerti.
“Gak masalah kok lu gak kenal gua.Gua ini memang agak introvert sebenernya.” Lanjut Danel
Omong kosong macam apa ini. 
Sedari tadi Gefal hanya bisa menahan pertanyaan-pertanyaan dibenaknya, bagaimana bisa ia menanggapi ocehan Danel sedangkan Gefal sendiripun lupa dengan kehidupannya. Yang Gefal ingat hanya dirinya adalah Gefal yang sangat menyayangi kakaknya yaitu Ranin. Mengapa Danel banyak meminta maaf perihal tidak mengenal Gefal, padahal Gefal juga tidak mengenal Danel. Apa Gefal harus minta maaf juga. Bahkan Danel juga penasaran dengan siapa sebelumnya Gefal berteman, padahal jika bukan perempuan yang bernama Medina menyebutkan jika Gefal adalah teman satu kelas Danel pun Gefal tidak akan tahu ia berada dikelas berapa. Mana mungkin Gefal ingat siapa teman baiknya. 
“Haahhh..” Gefal menghela nafas kemudian merebahkan wajahnya diatas meja. Melihat ekspresi Danel entah kenapa membuat Gefal semakin jengkel.  Si Danel ini ngomong apa sih, apa dia sebenarnya tahu aku amnesia. Jadi sengaja bicara gak jelas biar aku pusing..
“Tapi Ge..” ucap Danel setengah-setengah, wajahnya menunjukan jika ia sedang berpikir. 
Tapi lagi!!,  kapan sih  dia benar-benar berhenti mengoceh 
Tiba-tiba Danel menepuk-nepuk punggung Gefal pelan, suasana jadi sedikit romantis “Yaudah lah,.. pokonya, aku sudah memaafkan kesalahanmu yang dahulu. Jadi, mari kita saling memaafkan, memulai lembaran baru dan mulai berteman. Oke kawan.. ” ucap Danel dengan lembut, mereka saling bertatapan.

“Oh shit man!! Geli guaaa, lu kenapa liatin gua begitu deh ahh!!”

**

Jam pelajaran ketiga sedang berjalan, dan itu adalah pelajaran pertama untuk Gefal. Namun bukannya melakukan kegiatan belajar dikelasnya. Gefal malah terbaring di UKS. Ia sudah menahan sakit kepala sejak menjalani hukuman sampai wajahnya pucat, dan Danel menyarankan agar Gefal istirahat di UKS. Saran itu sangat membantu sekali, karena sebenarnya Gefal juga tidak membawa buku atau pun alat belajar yang bisa ia pakai.
“Ahh.., tiduran memang yang terbaik.”
Lagi pula, si kaka apa-apaan deh. Main masuk-masukin majalah, cuma buat tasku jadi berat aja.
Ketika merasakan beban dari tasnya, Gefal berpikir jika dirinya sudah memasukan setidaknya buku catatan dan alat tulis. Namun ternyata bukan itu isi dari tasnya. Ia baru sadar jika Ranin melakukan sesuatu pada tasnya sebelum berangkat
ke sekolah. 
Untuk : Kakak kaku <3
‘Selamat siang KAKAK :) , diberitahukan bahwa telah terjadi suatu kesalahan. Hmm ini tidak fatal kok, tapi rasanya agak aneh ketika murid SMA Pria hanya membawa majalah fashion wanita ke sekolahnya. Tolong lebih teliti lagi.’
Membayangi bagaimana Ranin dengan segala ketidak perduliannya memasukan majalah ke tas sekolah miliknya, wajib bagi Gefal melaporkan kejadian ini pada Ranin. Ia menyesal telah mengisi kebosanan dengan membaca majalah.
“Idih, dibaca doang!!” seru Gefal sambil menatap ponselnya.
Untuk : Kakak kaku <3
‘Kakak tidak membalasnya karena sedang makan siang ? baiklah. Makan yang banyak,  aku sudah kenyang. Tapi akan lebih baik jika membawakan makanan enak untuk adikmu ini.’
‘Aku tidak belajar hari ini’
‘Ku rasa ini hari pertama masuk sekolah yang sangat buruk, apa aku memang seburuk ini?’
'Aku benar-benar bolos belajar hari ini!!! Tapi itu juga bukan keinginanku sendiri kok'
'Sudahlah lupakan saja'
Gefal mengakhiri pesan singkat yang ia kirim untuk Ranin dalam waktu yang cepat itu. Kali ini Ranin juga tidak membalas pesan yang Gefal kirim, seperti hari-hari sebelumnya. Gefal menyerah untuk hari ini.
“Kenaaapa Ge ? senyum-senyum sendiri, liatin handphone. Dasar ABG!,  pasti lagi kasmaran” Kata Danel yang baru saja kembali setelah sebelumnya pamit ingin memanggil seseorang.
Pertanyaan yang dijawab sendiri itu membuat Gefal terkejut, Danel terlalu tiba-tiba masuk.
“Itu , Kakakku.., dia tidak balas pesanku” 
“Iya iya.. mana ada pesan gak dibalas lalu malah senyum-senyum.  Pakai alasan kakak segala, basi banget.” 
"Tapi jago juga lu dapat kakak kelas"
Terserahhhhhh . Gefal merasa Danel ini memang unik. Menjengkelkan sekali,  ternyata saran baik Danel menyuruhnya untuk ke UKS bukan semata-mata ia khawatir dengan kondisi Gefal. Si Danel ini malah ikutan diem di UKS . Sangat berbeda dengan Danel sebelumnya, dengan heroiknya Danel ijin pada Guru untuk menjadi penjaga dan merawat Gefal yang sedang sakit, padahal kenyataan ia hanya tiduran sambil sibuk dengan ponselnya. Ado dan Hasdi yang memang tidak berada satu kelas dengan Gefal sempat datang, namun mereka pergi lagi. Gefal bersyukur mereka memilih bolos dengan cara lain. Kepala Gefal benar-benar tambah sakit.
“Ya ampun Medi!!, aku bilang kan gak perlu repot-repot . Sini biar aku yang bawa..” Kata Danel yang bangkit kembali ketika ia baru saja duduk begitu melihat seorang perempuan yang hendak masuk. 
Aksi heroik Danel kembali terulang, Danel mencoba mengambil alih bawaan yang dibawa perempuan yang baru datang. Namanya Medina. Gefal telah bertemu Medina sebelumnya, saat setelah hukuman selesai didalam percakapan saat itu Medina berkata ‘Ya ampun Danel, Gefal kan sekelas sama kamu. Makanya jangan bolos terus!! Bergaul yang baik.’  Gefal mengingatnya jelas, karena perkataan Medina membuat Gefal tidak pusing mencari identitas kelasnya. Kini Medina membawa nampan yang diatasnya ada gelas berisikan minuman teh juga  ada pouch P3K.
“Huu..!! Gak perlu repot-repot gimana , orang ini kamu yang minta. Haus ya beli dikantin aja sih, pakai alasan sakit segala. Merepotkan.. “ Kata Medina sambil duduk disisi kasur membelakangi Gefal yang tiduran di kasur sebelah.
Dalam UKS terdapat dua kasur yang sebenarnya lebih cocok ditaruh dikamar saja.  Ruangannya tidak terlalu luas, tetapi rak, meja dan kursi tertata rapi sehingga ruangan UKS terasa tidak sumpek. 
Dih itukan bukan buat Aku. Noh buat Gefal...” Kini Gelas berisi teh hangat sudah ditangan Danel, yang kemudian ia berikan pada Gefal.. setelah ia sedikit meminumnya. 
Medina benar-benar terkejut ada orang lain selain dirinya dan Danel di ruangan itu, bagaimana bisa ia berjalan begitu fokus dengan nampan sampai tidak melihat sekelilingnya. Ahh,..  tapi ini karena Danel juga sering memanggilnya ke UKS. 
“Maaf,.. dan,, terimakasih ya Medina. Sebenarnya aku tidak minta, tapi Danel bilang...,-” 
Tidak ingin lebih merasa bersalah, Medina memotong perkataan Gefal “Iiyaa, iya. Maaf, ternyata Aku salah paham.” tentu saja Medina merasa malu, ia melirik Danel dengan tajam. Tatapannya seolah berkata ‘kalau ngomong yang jelas dong. Malu-maluin!!’ . Entah apa yang Danel tangkap dari tatapan Medina, Danel malah membalas dengan mengacungkan jempol. 
Walau kemudian Danel terus menggodanya; mengajak bercanda, Medina tidak bisa lepas dari rasa tidak nyamannnya. Bukan tanpa alasan dan bukan hanya karena Medina adalah pacar Danel. Mengapa Danel memanggil Medina adalah karena Medina ketua ekstrakulikuler PMR, dia sering menggantikan petugas kesehatan dikala sedang tidak bertugas untuk sekadar memberi obat atau pertolongan pertama. Walau sudah mencoba berbagai cara untuk membantu mengurangi rasa sakit dikepala Gefal, kecanggungan yang dirasakan oleh Medina tidak juga hilang.
“Terima kasih ya Medi, Aku juga gak menyangka kau punya obat yang sama dengan yang dokter berikan padaku. Pasti cita-cita kau jadi Dokter kan...” Ucap Gefal
“Iyaaa,.. Kamu,- kau sudah bilang itu tadi.” Kata Medina, suaranya yang lembut semakin tidak terdengar ketika ia berbicara dengan pelan.
“Kau, pasti akan jadi Dokter yang baik. Hehe aku belum bilang itu.” Ucap Gefal yang hanya dibalas dengan anggukan dan senyum oleh Medina. 
Ketika Danel mulai sibuk dengan ponselnya, ruangan tersebut tiba-tiba hening.  Kecanggungan semakin terasa, Medina duduk disisi kasur yang sedang Danel tiduri dengan posisi di tengah-tengah antara Danel dan Gefal yang berada di kasur sebelah, otomatis Medina dan Gefal berhadapan. Mereka berdua tidak tahu harus bagaimana, memulai pecakapan pun malah jadi sistem tanya-jawab dalam kuis cerdas cermat. Gefal tau memang aneh rasanya, melihat Medina sangat tidak nyaman dan gelisah. Walau tidak ingin, Gefal jadi mencoba sibuk dengan ponselnya. Sambil melirik-lirik Medina yang ia lihat bingung mau berbuat apa.   
“AAku kke kelas lagi ya..” Ucap Medina sambil menyentuh lengan Danel.
Danel menyimpan ponselnya yang sebenarnya ia gunakan karena tidak mau mengganggu Medina yang tengah mengobati Gefal. “Lho ngapain ? Kan kamu udah ngumpulin tugas, udah ijin juga sih ah. Aku bilang kan tiduran aja sini ..” Kata Danel sambil menepuk kasur tepat di sampingnya.
Ekspresi Danel yang senyum nakal penuh harapan membuat Medina merasa geli dan jengkel “Eshh.. mupeng!!.. mupeng*” Medina membalasnya sambil  terus mecubit-cubit pelan Danel. “sudah ku bilang berhentilah jadi orang yang mesum.. ish!.. isshh!” 
**
Jika disebut gelap, langit ini sudah yang paling gelap dari yang tergelap, bintang pun sudah menghilang. Jika disebut malam, tetapi hari pun sudah berganti. Apa Gefal harus menunggu Ranin sampai matahari terbit ...
Gefal sudah tidak perduli lagi dengan pertandingan sepak bola walau club favoritnya itu yang bermain. Terserah Messi mau ngapain . Gefal benar-benar tidak bisa fokus pada yang lain selain memikirkan Ranin yang tidak kunjung pulang dan tidak memberi kabar sama sekali, membuat Gefal terus menggerutu kesal.
“Sebenarnya apa gunanya dia memiliki handphone !!?”
“Memangnya ada kantor yang mempekerjakaan karyawannya sampai jam tiga pagi.!!?” Ucap Gefal sambil melihat jam dinding.
“Hah, serius sudah jam tigaa!! Ya ampun kenapa kakak belum pulang juga sih.!!!” Gefal terkejut melihat jam, karena sebelumnya ia melihat waktu masih menunjukan pukul 1 .
Gefal sudah melakukan apapun untuk mencegah dirinya agar tidak tertidur. Tapi yang ia butuhkan memang hanya tidur saat ini. Rasa kantuk dan khawatirnya terhadap Ranin membuat dirinya sangat frustasi. Ranin memang selalu pulang telat dari jam pulang kantor, tetapi selama kurang lebih satu bulan Gefal bangun dan hidup sebagai Gefal si adik dari Ranin, baru kali ini Gefal menunggu sampai selama ini. 
"Kemarin kakak juga pulang larut malam"
"Tapi tidak seperti kali ini"
"Semakin hari, semakin pagi buta dia pulang"
"Sebenarnya apa sih yang dia lakukan"
"Setidaknya dia kan bisa memberi kabar, membalas pesanku atau membacanya saja"
"Ishh"
"Dia itu perempuan.."
"Eshh.."
"Ahh, Aku juga ngantuk !!"
"3 jam lagi aku harus bersiap untuk sekolah."
"Kacau deh.."
Gefal sudah cuci muka untuk kesekian kalinya, ia pikir lapisan giginya juga akan menipis karena setelah cuci muka ia akan gosok gigi. Tidak ada yang bisa ia makan untuk camilan. Tontonan di televisi juga sudah sangat membosankan, Gefal juga sudah tidak ada ide untuk tontonan di youtube. 
"Raninnnn, kau ini perempuan cantik, dewasa dan ya.. galak.. tapi kejahatan itu menyeramkan. Galak saja tidak cukup. Ahh" kata Gefal penuh dengan tekanan.  
"Apa dia tidak diantar pulang dan harus naik transportasi umum, lalu dia kesulitan atau bahkan tidak tahu jalan.." pikiran Gefal sudah kemana-mana, ia tidak bisa tenang.
Sebenarnya bisa saja Gefal tidur, Ranin sudah dewasa dan dia tidak amnesia. Ia pasti tahu rumahnya dimana. Namun sejak Gefal menjadi Gefal, ia tidak punya banyak waktu bersama Ranin. Ranin selalu sibuk dengan urusannya, Gefal mengerti Ranin mencari uang. Ranin bekerja keras, dan bahkan Gefal yang habiskan uangnya untuk pengobatan. Gefal memutuskan berhenti dari semua pengobatan yang ia jalani, ia ingin Ranin tidak terlalu bekerja keras. Gefal tidak butuh terapi, Gefal akan mencoba untuk tidak perduli dengan masa lalunya. Gefal hanya ingin punya banyak waktu dengan Ranin. Namun, ternyata sama saja. Gefal terlalu banyak menunggu, ia selalu sendiri. Harapan jika ingatannya kembali dengan sendirinya pun hanya angan-angan. Gefal pun hanya bisa bersama Ranin dikala malam setelah Ranin kerja, dan pagi sebelum Ranin kerja. 
-Srrrtt
Suara-suara lain mulai terdengar. Bukan hal yang menyeramkan, Gefal langsung memeriksanya. Suara itu berasal dari luar rumahnya, Gefal segera membuka pintu saat melihat Ranin. 
"Kakk..." seru Gefal
Gefal menghampiri Ranin untuk membantu membukakan gerbang. Walau sudah frustasi menunggu, Gefal memberikan senyuman setulus yang ia bisa berikan pada Ranin yang terlihat lusuh itu. 
Gefal mengambil alih tas yang dibawa Ranin "Kak, bagaimana bisa kakak tetap cantik ketika harus kerja sampai jam segini"
"Apa kau berpikir aku kerja yang tidak benar ?" Tanya Ranin sampai menghentikan langkahnya. Baru kali ini Gefal melihat Ranin seserius ini, dengan wajah capeknya itu Ranin bertanya sambil menatap wajah Gefal. Gefal jadi tidak enak hati, Gefal takut Ranin tersinggung dengan perkataan sebelumnya. Padahal Gefal bilang Ranin cantik karena Ranin memang cantik, bahkan wajahnya masih terpoles make up dengan pas. Memang cantik.
"Apa kau akan menyuruhku berhenti ?" Tanya Ranin.
"Kak.." bukannya menjawab pertanyaan Ranin, Gefal merangkul Ranin dan mengarahkan untuk masuk kedalam rumah. Ranin tidak melepas rangkulan Gefal, Gefal yakin Ranin tidak dalam kondisi baik.
"Aku tadi tidur dan bangun untuk nonton bola. Messi menang" kata Gefal bicara omong kosong, karena aslinya ia tidak tau Barca menang atau kalah, maka dari itu ia hanya percaya pada Messi yang pasti mencetak gol.
Ranin langsung merebahkan tubuhnya disofa ketika sudah didalam. Sebenarnya dengan segala perlakuan cuek dan galak Ranin pada Gefal membuat Gefal juga segan untuk menunjukan perhatiannya. Tapi kali ini Ranin tidak marah-marah, bahkan saat Gefal memijit telapak kakinya. 
"Emm, itu.. aku,.. hanya tidak mengerti kenapa harus bekerja sampai jam segini." Gefal menjawab pertanyaan Ranin sebelumnya dengan hati-hati, ia juga tidak mau merusak momen.
"Aku tidak berkerja sampai pagi Gefal..." balas Ranin yang menutup matanya.
Gefal menghentikan tangannya yang memijit kaki Ranin. Entah kenapa perkataan Ranin membuatnya kehilangan tenaga "Hmm, lalu.. Apa kau punya pacar ?" 
"Entahlah.. apa kau punya pacar ?" Gefal benar-benar tidak puas dengan jawaban yang diberikan Ranin. Gefal pikir Ranin tidak sedang dalam kondisi bagus untuk diajak tanya-jawab. Setelah memberikan pertanyaan yang sangat random  untuk Gefal, Ranin malah langsung masuk kekamarnya. Padahal pertanyaan yang Gefal yakini hanya 'pertanyaan inseng' yang merupakan pengalihan itu malah membuat Gefal kepikiran. Sampai Gefal menahan paksa rasa kantuknya hanya untuk memikirkan apakah dia punya pacar atau tidak.
Danel dan Medina sangat akrab sekali tadi. Medi sangat manis dan pintar. Sepertinya akan bagus sekali jika Medi adalah pacarku. 
"Pfttttt..." Gefal menahan tawanya dalam kondisi 'nyawa yang setengah itu' Gefal terkekeh geli sendiri dengan apa yang baru saja ia pikirkan. 
Tapi sebenarnya aku punya pacar atau tidak ? Ahhh, bodoh sekali aku harus lupa dengannya. Mengapa juga aku hanya ingat kakak, atau Jangan-jangan Ranin adalah pacarku..
"Pffftttt"





#votevotevote
Thank u

0 komentar:

Posting Komentar