JEON JUNG KOOK: WHAT?!
“Haus, Gong?”
Jung Kook yang baru keluar dari
Studio Kampus menyodorkan sekaleng soda yang sudah terbuka. Aku masih fokus
pada novel karya Dan Brown di tangan, berusaha mengabaikannya meskipun
sebenarnya aku tahu betul mengenai presensinya yang kini duduk di sebelahku.
“Gong Min, aku duluan, ya!”
Refleks aku mendangak dan tersenyum
sambil melambai pada Park Jimin yang baru saja pamit untuk pulang.
“Hati-hati, Jim!”
“Oh ...,” Jung Kook berseru sambil
meletakkan sekaleng soda minuman di atas meja di belakang kami. “Jadi begini?
Kamu masih marah padaku, hm?”
Masa bodo. Aku memang masih sebal
pada anak ini atas kejadian semalam. Kalau tidak ingat Bus sudah hampir sulit
ditemukan di jam-jam seperti ini, aku juga tidak akan mau menunggunya selesai
dengan urusan UKM Bandnya.
“Dasar tukang marah! Padahal aku Cuma
memintamu memasakkan ramen untukku.”
“Apa?” Aku melotot ke arahnya,
“Masalahnya bukan terletak pada apa yang aku masak, Jung Kook! Jam dua pagi.
Kamu menggedor-gedor pintu flatku. Membuatku terkejut dan bangun dari tidurku. Bilang
bahwa ada sesuatu yang aneh di dalam flatmu. Dan kamu ternyata berbohong hanya
supaya aku mau memasakkan ramen untuk menemani kamu menonton bola. Kita memang
teman satu kampung, dua puluh tahun bersama-sama, tapi bukan berarti kamu bisa
melakukan hal seperti itu padaku, Jung Kook! Ya Tuhan ....”
Tiba-tiba aku merasa angin malam
berubah menjadi panas. Aku mengipas-ngipaskan tangan di sekitar leher.
Mengingat kejadian semalam membuatku merasa kesal.
“Hehehe. Minum-minum,” ujarnya sambil
cengengesan dan menjulurkan sekaleng minuman bersoda. “Sehabis marah-marah,
kamu pasti lelah. Minum yang banyak. Habiskan.”
Aku meneguk juga minuman bersoda itu.
Demi apapun aku kesal setengah mati. Setelah meneguknya hingga habis, aku
memegang kalengnya di atas paha. Sementara sebelah tanganku yang lain masih
memegangi novel.
“Sudah habis?”
Melirik sinis ke arahnya. Aku
lemparkan kaleng soda kosong itu padanya.
“Anak pintar,” ucapnya sambil
mengintip ke dalam kaleng soda. “Nah, mulai sekarang, kamu adalah pacarku, Gong
Mi. Selamat!”
What?
“Selamat! Kamu sudah resmi menjadi
pacar dari seorang Jeon Jung Kook Si Vocalist BTS Band yang dicintai oleh semua
lapisan perempuan seantero kampus. Wah, selamaaat!”
Dengan bodohnya dia tersenyum lebar
sambil menyalami tanganku.
“Sinting!”
Berusaha menarik tanganku, tapi dia
justeru bergerak untuk menggenggam tanganku. Menyusupkan jari-jarinya di celah
jariku.
“Kaleng ini menjadi saksi hari
pertama kita berpacaran.”
“Kamu kerasukan iblis kampus, ya,
Jung?”
Dia tersenyum lebar, “Gong, kata
orang, kalau sudah berciuman, kita harus sama-sama bertanggung jawab. Katanya,
pihak lelaki harus menikahi pihak perempuan. Nah, karena aku belum selesai
kuliah, belum punya pekerjaan, jadi kita berpacaran saja dulu.”
“Sinting! Apa, sih? Kapan juga kita
berciuman?”
Jung Kook menyodorkan kaleng soda
kosong, “Tadi. Indirrect kiss.
Sebelum kamu meminumnya, aku sudah lebih dulu menempelkan bibirku di sana.
Jadi, resmi, kita sudah berciuman.”
Aku melongo dibuat takjub oleh
ucapannya. Wah, teori dari siapa, sih, ini?
“Nah, jadi,” Jung Kook bangkit sambil
tetap menggenggam tanganku, “Mulai sekarang kamu adalah pacarku. Resmi. Tidak
boleh diganggu gugat.”
What?!
“Ayo kita pulang, Pacar. Aku lapar.
Tapi kali ini aku tidak mau ramen, maunya kamu.”
WHAT?! []
0 komentar:
Posting Komentar