Senin, 26 Februari 2018

JEON JUNG KOOK: WHAT?!

JEON JUNG KOOK: WHAT?!




“Haus, Gong?”

Jung Kook yang baru keluar dari Studio Kampus menyodorkan sekaleng soda yang sudah terbuka. Aku masih fokus pada novel karya Dan Brown di tangan, berusaha mengabaikannya meskipun sebenarnya aku tahu betul mengenai presensinya yang kini duduk di sebelahku.

“Gong Min, aku duluan, ya!”

Refleks aku mendangak dan tersenyum sambil melambai pada Park Jimin yang baru saja pamit untuk pulang.

“Hati-hati, Jim!”

“Oh ...,” Jung Kook berseru sambil meletakkan sekaleng soda minuman di atas meja di belakang kami. “Jadi begini? Kamu masih marah padaku, hm?”

Masa bodo. Aku memang masih sebal pada anak ini atas kejadian semalam. Kalau tidak ingat Bus sudah hampir sulit ditemukan di jam-jam seperti ini, aku juga tidak akan mau menunggunya selesai dengan urusan UKM Bandnya.

“Dasar tukang marah! Padahal aku Cuma memintamu memasakkan ramen untukku.”

“Apa?” Aku melotot ke arahnya, “Masalahnya bukan terletak pada apa yang aku masak, Jung Kook! Jam dua pagi. Kamu menggedor-gedor pintu flatku. Membuatku terkejut dan bangun dari tidurku. Bilang bahwa ada sesuatu yang aneh di dalam flatmu. Dan kamu ternyata berbohong hanya supaya aku mau memasakkan ramen untuk menemani kamu menonton bola. Kita memang teman satu kampung, dua puluh tahun bersama-sama, tapi bukan berarti kamu bisa melakukan hal seperti itu padaku, Jung Kook! Ya Tuhan ....”

Tiba-tiba aku merasa angin malam berubah menjadi panas. Aku mengipas-ngipaskan tangan di sekitar leher. Mengingat kejadian semalam membuatku merasa kesal.

“Hehehe. Minum-minum,” ujarnya sambil cengengesan dan menjulurkan sekaleng minuman bersoda. “Sehabis marah-marah, kamu pasti lelah. Minum yang banyak. Habiskan.”

Aku meneguk juga minuman bersoda itu. Demi apapun aku kesal setengah mati. Setelah meneguknya hingga habis, aku memegang kalengnya di atas paha. Sementara sebelah tanganku yang lain masih memegangi novel.

“Sudah habis?”

Melirik sinis ke arahnya. Aku lemparkan kaleng soda kosong itu padanya.

“Anak pintar,” ucapnya sambil mengintip ke dalam kaleng soda. “Nah, mulai sekarang, kamu adalah pacarku, Gong Mi. Selamat!”

What?

“Selamat! Kamu sudah resmi menjadi pacar dari seorang Jeon Jung Kook Si Vocalist BTS Band yang dicintai oleh semua lapisan perempuan seantero kampus. Wah, selamaaat!”

Dengan bodohnya dia tersenyum lebar sambil menyalami tanganku.

“Sinting!”

Berusaha menarik tanganku, tapi dia justeru bergerak untuk menggenggam tanganku. Menyusupkan jari-jarinya di celah jariku.

“Kaleng ini menjadi saksi hari pertama kita berpacaran.”

“Kamu kerasukan iblis kampus, ya, Jung?”

Dia tersenyum lebar, “Gong, kata orang, kalau sudah berciuman, kita harus sama-sama bertanggung jawab. Katanya, pihak lelaki harus menikahi pihak perempuan. Nah, karena aku belum selesai kuliah, belum punya pekerjaan, jadi kita berpacaran saja dulu.”

“Sinting! Apa, sih? Kapan juga kita berciuman?”

Jung Kook menyodorkan kaleng soda kosong, “Tadi. Indirrect kiss. Sebelum kamu meminumnya, aku sudah lebih dulu menempelkan bibirku di sana. Jadi, resmi, kita sudah berciuman.”

Aku melongo dibuat takjub oleh ucapannya. Wah, teori dari siapa, sih, ini?

“Nah, jadi,” Jung Kook bangkit sambil tetap menggenggam tanganku, “Mulai sekarang kamu adalah pacarku. Resmi. Tidak boleh diganggu gugat.”

What?!

“Ayo kita pulang, Pacar. Aku lapar. Tapi kali ini aku tidak mau ramen, maunya kamu.”

WHAT?! []

0 komentar:

Posting Komentar